Saturday, March 31, 2012

Bincang Sederhana tentang Ikhlas

Oleh Mohammad Fauzil Adhim 


Rasulullah saw. ajarkan kepada kita untuk berdo'a dengan ungkapan:

"اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ أَنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئاً نَعْلَمُهُ وَ نَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ نَعْلَمُ" (HR. Ahmad). 

"Ya, Allah. Sesungguhya kami berlindung kepadaMu agar tidak menyekutukanMu dengan sesuatu yang kami ketahui. Dan kami memohon ampun kepadaMu dari sesuatu yang kami tidak mengetahuinya." (HR. Ahmad & imam hadits lainnya).

Nabi Saw. mengingatkan kita: 

"Sesungguhnya Allah Swt. tidak melihat bentuk kamu dan harta kamu, tetapi Dia melihat hati kamu dan amal kamu." (HR. Muslim).

Nabi saw. bersabda: 

" إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبَلُ مِنَ العَمَلِ إِلاَّ مَا كَانَ لَهُ خَالِصاً وَ ابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ"

"Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak menerima amal perbuatan, kecuali yang ikhlas & dimaksudkan (dengan amal perbuatan itu) mencari wajah Allah."

Yahya bin Abi Katsir mengingatkan, "Belajarlah niat, karena niat lebih penting daripada amal."

Maka, apakah kita abaikan ikhlasnya niat? Sesungguhnya sedekah tidak menjadikan ikhlas jika kita tidak meniati dengan sungguh-sungguh dan terus-menerus memperbaiki niat kita agar ikhlas ketika bersedekah. Andaikata sedekah yang banyak dengan sendirinya mendatangkan keikhlasan, maka tak ada ahli sedekah yang menjadi bahan bakar api neraka disebabkan tidak ikhlas saat bersedekah (periksa Shahih Muslim bab al-Jihad).

Khawatiri olehmu banyaknya amal shalih, tapi tidak bernilai sama sekali di hadapan Allah Ta'ala. Kita banyak beramal, tapi nilai amal kita di hadapan Allah 'Azza wa Jalla tidak melebihi bobot sehelai sayap lalat atau nyamuk.

Dengarkan kata Sufyan Ats-Tsauri, "Tidak pernah aku memperbaiki sesuatu yang lebih berat bagiku daripada niatku, karena niat selalu berubah-ubah."

Seseorang yang telah sering beramal secara ikhlas pun dapat rusak keikhlasannya. Maka apakah kita akan sengaja mengabaikan & meremehkannya? Sedekah yang dikeluarkan seseorang TIDAK AKAN PERNAH menjadikannya ikhlas jika ia mengabaikan keikhlasan. Lebih-lebih sengaja meremehkannya.

Jika 'alim besar sekelas Sufyan Ats-Tsauri saja harus memperjuangkan keikhlasan, maka sebaik apakah kita sehingga meremehkan keikhlasan? Sangat berbeda orang yang bersungguh-sungguh berlatih & berjuang agar ikhlas dengan tetap beramal shalih dengan mereka yang mengabaikannya. Dan yang paling buruk adalah mereka yang sengaja menyerukan kepada manusia untuk mengabaikan keikhlasan. 

Mengkhawatiri hilangnya keikhlasan bukanlah dengan meninggalkan amal, tetapi dengan berjuang SECARA SENGAJA untuk membaguskan niat. Jika kita bersungguh-sungguh mengerjakan amal shalih, mengilmui & perbaiki niat, semoga Allah Ta'ala ampuni yang TERlalaikn dalam niat itu. 

Khawatiri olehmu memudahkan-mudahkan ikhlas & memandangnya sebagai perkara sederhana. Sesungguhnya kelak kita dikumpulkan sesuai niat. Ingatlah ketika Rasulullah saw. bersabda: 

"يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى نِيَّاتهِمْ " (HR. Ibnu Majah). 

"Sesungguhnya manusia dikumpulkan (di Padang Mahsyar) berdasarkan niat-niat mereka." (HR. Ibnu Majah).

Ibnul Mubarak mengingatkan, "Betapa banyak amal yang kecil mnjadi bernilai besar karena niat & betapa banyak amalan besar yang menjadi bernilai kecil karena niat."